Hal Yang Membatalkan Puasa Menurut 4 Madzhab


Dalam melaksanakan ibadah puasa kita harus menghindari hal – hal yang membatalkan puasa, karena bila apa yang dilarang saat berpuasa dilakukan, maka puasanya akan menjadi tidak sah dan menjadi sia – sia.

 

Bila kita mengikuti madzhab imam syafi`i, namun dalam hal niat mengikuti imam malik semisal, maka hal itu akan menyebabkan talfiq yang dilarang, sebagaimana pembahasan sebelumnya. Klik disini, maka untuk menghindari hal itu, berikut kami kumpulkan beberapa perbedaan dalam hal yang membatalkan puasa antara Imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah dari kitab Al Mizânul Kubrodan kitab Rohmatul Ummah Fikhtilâfil Aimmah:

 

1.    Muntah yang disengaja.

·     menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i : Membatalkan puasa.

·     menurut Imam Abu Hanifah : Tidak membatalkan kecuali muntahnya memenuhi mulut.

2.    Apabila diantara gigi ada sisa makanan terbawa ludah

·  Menurut selain Abu Hanifah: tidak membatalkan puasa apabila sulit untuk membedakan dan mengeluarkannya tapi apabila sengaja ditelan maka membatalkan.

·     menurut Imam Abu Hanifah : tidak membatalkan.

3.    Memakai celak

·     Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i: Tidak makruh

· Makruh menurut Imam Malik dan Imam Ahmad,dan bisa membatalkan apabila rasa celak sampai di tenggorokan.

4.    Apabila fajar terbit (masuk waktu shubuh) dalam keadaan makan kemudian langsung di dihentikan dan di keluarkan, atau sedang bersetubuh kemudian langsung mencabut kemaluannya .

·     Tidak batal puasanya menurut selain imam malik.

·     Membatalkan menurut Imam Malik.

5.    Mencium istri saat berpuasa

·  Tidak Haram kecuali syahwatnya bangkit menurut 3 Imam Madzhab selain imam malik.

·     Haram secara mutlaq menurut Imam Malik.

6.    Melihat disertai syahwat yang berakibat keluarnya sperma.

·     Tidak membatalkan menurut selain madzhab malik.

·     Membatalkan menurut Imam Malik.

7.    Makan minum dalam keadaan lupa.

·     Tidak membatalkan menurut selain imam malik.

·     Membatalkan menurut Imam Malik.

8.    Jima’ (bersetubuh) dalam keadaan lupa.

·     Tidak membatalkan menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i.

·     Membatalkan menurut Imam Malik dan Imam Ahmad.

9.    Apabila saat wudlu air kumur atau air yang dihisap melalui hidung terlanjur masuk anggota dalam tanpa adanya mubalaghoh (tindakan berlebihan).

·     Membatalkan puasa menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah.

·      Tidak membatalkan menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *