INTERNET SEBAGAI SARANA DAKWAH EFEKTIF & KREATIF

Pembaca yang budiman, pada usia ke-63 tahun, Nabi Muhammad ﷺ meninggal dunia, telah ada pertanda wafat nya beliau dari beberapa waktu sebelumnya, satu diantaranya ialah turunnya surat paling akhir dalam Alqur’an surat Al-Maidah Ayat 3 yang menerangkan jika sudah disempurnakannya Agama Islam, yang maknanya:

“… di hari ini sudah kusempurnakan agamamu, dan sudah kucukupkan nikmatku, dan sudah ku ridhoi Islam sebagai agama bagimu…” (QS. Al-maidah : 3)

Sebagai tuntunan yang prima, sudah tentu Islam sebagai tuntunan yang berjalan sampai akhir zaman nantinya. Karena tuntunan Islam berlaku setiap jaman, tentu sistem pengutaraan dan bahasa nya pasti berbeda-beda, misalnya kitab zabur yang menurut kisah berbahasa qibti turun untuk umat Islam zaman Nabi Daud, taurat yang berbahasa ibrani untuk umat Islam zaman Nabi Musa, injil yang memakai bahasa suryani turun untuk umat Islam zaman Nabi Isa, begitupun Alqur’an yang berbahasa arab turun untuk umat Islam pada zaman Nabi Muhammad, dan tidak berarti Alqur’an turun untuk orang arab saja (saksikan QS. Al-Fushillat :44), karena Nabi Muhammad diutus menjadi karunia untuk semua alam. ( QS. Al-Anbiya : 107).

Dari penjelasan di atas bisa diambil kesimpulan jika tiap rasul di turunkan sesuai bahasa kaumnya, ini diterangkan dalam Alquran surat Ibrahim ayat 4 yang maknanya :

“Dan tidak kami menutus Rasulpun terkecuali dalam bahasa kaumnya agar ia bisa menerangkan ke mereka…” (QS. Ibrahim : 4)

Apa arah nya? Pasti supaya ceramah beberapa rasul lebih gampang dipahami dan diterima oleh kaumnya, dapat dipikirkan seorang rasul tiba dalam bahasa yang serupa sekali berlainan, pasti cederung tidak diterima bahkan juga ditampik.

Sesuai ayat Alquran yang telah disebut sebelumnya jika, “berdakwah dalam bahasa kaumnya” selainnya memiliki makna secara tekstual pasti ada arti yang lain tetap dikontekskan dan jadi pengembangan sesuai keperluan zaman.

Alqur’an ialah kitab penyempurna dari kitab-kitab awalnya, dan mustahil ada kitab baru kembali yang di turunkan Allah ke Rasul di zaman ini, karena Nabi Muhammad ialah penutup untuk semua Rasul. Sekarang ini yang ada hanya pewarisan makna-makna yang terdapat di dalam Alqur’an oleh beberapa ulama, karena sama sesuai hadits nabi yang maknanya :

“Ulama ialah ahli waris beberapa nabi.” (HR At-Tirmidzi)

Bersamaan perubahan jaman, pada akhirnya Alqur’an telah ditranslate dalam beragam bahasa supaya tiap orang dapat pahami apa yang terdapat didalamnya. Bahkan juga di zaman millennial saat ini dengan keringanan akses info lewat internet, secara mudah kita ketahui terjemah Alqur’an dalam beragam bahasa bahkan juga komplet dengan semua tafsirnya.

Berevolusinya internet jadi sumber referensi khusus terutamanya untuk kids zaman now dalam ketahui arti Alqur’an, jadi keuntungan sekalian kedukaan tertentu untuk umat Islam. Misalkan kedukaan karena telah menyusutnya budaya jaga riwayat keilmuan dalam pelajari Alqur’an, hingga saat ini beberapa orang yang dengan gampangnya mempersalahkan opini saudaranya yang setiap muslim pada beberapa hal yang menurut penulis bukanlah hal yang memiliki sifat subtantif, karena korban dari keringanan terhubung keterangan Alqur’an dari internet.

Peristiwa ini dari sisi sebagai kedukaan bersama di kelompok kaum muslim, sebetulnya menjadi rintangan juga untuk beberapa ulama dan cendikiawan muslim untuk ikut juga menebarkan keilmuan dan pengetahuan yang betul mengenai Alqur’an lewat media online, dan sebagai usaha untuk menaklukkan pengetahuan-pemahaman menyimpang yang ditebarkan oleh faksi di luar Islam, karena salah satunya jadwal besar untuk membuat the new world order (aturan dunia baru dibawa mekanisme dajjal di akhir zaman) adalah menghindari manusia dari agama, satu diantaranya ialah dari faksi yang membenci Islam yang menebarkan memahami mereka mengenai Alqur’an lewat buku dan media online.

Berdasar data dari salah satunya artikel mengatakan jika orang Indonesia rerata habiskan waktunya untuk memakai handphone sepanjang 5,5 jam/hari, saat yang lumayan lama bila dibanding dengan data ketertarikan membaca orang Indonesia yang paling jauh sekali bedanya. bahkan juga dalam komunikasi setiap hari juga dapat disebutkan saat ini kita telah memakai bahasa digital, lewat chat di media sosial, photo, video, atau elektronik mail.

Keadaan seperti ini bukanlah waktunya untuk mempersalahkan perubahan zaman atau mungkin dengan menebarkan jargon-slogan anti internet dan tehnologi. Umat Islam malah harus menyesuaikan dengan keadaan seperti ini dan jadikan peristiwa ini jadi fasilitas ceramah dan kebun pahala.

Ceramah yang seperti apakah? Pasti dengan ceramah yang memikat dan modern, karena ceramah harus memakai bahasa golongan yang didakwahi, yang sekarang ini bahasa yang dipakai adalah bahasa lewat media online.

Salah satunya pemicu mundurnya peradaban Islam adalah minimnya penyesuaian pada perubahan zaman dan condong takut untuk lakukan pengembangan baru dalam pengutaraan nilai-nilai Alqur’an dan hadits. Umat Islam telah kalah dari golongan non muslim yang telah sampaikan tuntunan-ajaran mereka lewat bahasa dalam beberapa film box office, kita telah kalah dari dengan yahudi yang telah menebarkan memahami “dinding ratapan” mereka dalam dinding facebook, kita telah kalah dari golongan penentang tuhan yang sampaikan tuntunan mereka melalui film animasi anak-anak, dan dapat kita saksikan saat ini, semua media baik itu program handphone, tayangan tv, dan beberapa situs populer di internet yang dicintai oleh warga muslim adalah yang dipunyai oleh sebagian besar orang non Islam.

Dalam riwayat sebetulnya Islam telah dulu semakin maju dan telah mengadaptasikan sistem ceramah dengan keadaan yang actual, misalkan dapat kita saksikan saat Muhammad Al-fatih tidak merusak Gereja Hagia Sophia dan menggantinya dari gereja jadi mushola, dalam sudut pandang ceramah ini menolong umat Kristen di saat itu terima Islam karena memakai pendekatan yang lebih nyaman dan bijak.

Pada periode Dinasti Abassiyah misalkan, ceramah Islam dikatakan lewat ilmu dan pengetahuan dan tehnologi, dapat kita saksikan beberapa tokoh yang masyhur yang kreasinya masih jadi referensi untuk beberapa ilmuwan dunia seperti Al-khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Farabi dan lain-lain.

Lebih jauh kembali saat periode teman dekat, sebuah kisah menerangkan jika Utsman bin Affan yang kaya raya memakai hartanya untuk beli sebuah sumur dan dapat dipakai untuk kepentingan banyak orang, dalam pemikiran ceramah ini sebagai fasilitas menebarkan pengetahuan jika Islam ialah karunia untuk semua alam, hingga pada proses Islamisasi semakin lebih gampang dan nyaman.

Dari penjelasan di atas bisalah diambil kesimpulan jika di zaman kehebatan tehnologi sekarang ini beberapa ulama dan cendikiawan harus mengganti langkah ceramah supaya lebih menarik dan modern supaya lebih gampang diterima oleh warga dan golongan remaja. Tidak berarti harus dirubah secara keseluruhan, karena Allah membuat manusia secara majemuk dan bermacam, dan kita harus sama-sama mengenali (QS Al-Hujurat :13).

Dari keberagaman itu sistem ceramah yang dipakai harus bervariatif juga, dan irit penulis di zaman ini yang telah memakai bahasa non verbal, perlu di konsepkan sebuah taktik untuk berdakwah lewat media online, dapat lewat gambar, video, film animasi atau beberapa hal yang populer yang lain. Mudah-mudahan dengan terus mengembangnya sistem ceramah, Islam akan balik berjaya di bumi Allah ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *