Terjemah Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Waljamaah, Persoalan Ke-7, Apakah di Dalam Kubur Terdapat Kenikmatan dan Siksa ?

Persoalan Ketujuh

Apakah di Dalam Alam Kubur Terdapat Nikmat dan Siksa ?

Beberapa orang yang menasabkan diri kepada agama islam mengingkari adanya siksa dan nikmat kubur, padahal keingkaran mereka ini menunjukkan kebodohan yang keji terhadap agama mereka. Karena sesungguhnya Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, keduanya membicarakan tentang apa yang ada di dalam kubur baik berupa kenikmatan maupun siksa, yang mana seorang muslim tidak akan berani untuk mengingkarinya. (Berikut ini) penjelasan untukmu, Tuhan kita yang Maha Luhur lagi Maha Agung berfirman dalam kitab-Nya :

النَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” (Al-Mukmin ayat 46).

Ayat ini memberi pemahaman kepada kita bahwa Fir’aun dan kaumnya ditampakkan neraka (siksa) di waktu pagi dan petang. Dan “Al-‘Ardzu” (ditampakkannya siksa) ini tidaklah tersepikan (atas 3 penafsiran), adakalanya di dalam dunia, atau di dalam alam kubur, atau di dalam nereka.

Adapun di dalam dunia, maka hal itu (ditampakkannya siksa) tidaklah terjadi secara pasti (karena Fir’aun tidak disiksa di waktu pagi dan petang di dunia).

Adapun di dalam akhirat, maka ayat yang mengatakan dengan jelas, menjelaskan tentang keadaan mereka di sana (yaitu pada ayat) :

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“(Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.

Dengan demikian, “Al-‘Ardzu” (ditampakkanya siksa) ini tidaklah terjadi di dalam akhirat. Dan ketika hal itu tidak terjadi di dalam dunia dan di akhirat, maka jelaslah bahwa hal itu (Al-Ardzu – ditampakkannya disksa) terjadi di dalam alam kubur. Dan ini merupakan dalil Al-Kitab (Al-Qur’an) atas apa yang telah kami katakan.

Dan adapun sunnah yang shohih maka telah sampai banyak sekali mengenai itu, yang menunjukkan maknanya (makna nikmat dan siksa kubur). Imam Syaikhon, yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim, dan juga Imam Nasa’i telah meriwayatkan :

اَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَسَمِعَ صَوْتًا فَقَالَ : يَهُوْدُ تُعَذَّبُ فِيْ قَبْرِهَا

“Sesungguhnya Rosulullah SAW keluar setelah terbenamnya matahari, Beliau mendengar suara kemudian Beliau berkata, “Orang yahudi telah disiksa di dalam kuburnya””.

Imam Nasa’i dan Imam Muslim telah meriwayatkan bahwa Rosulullah SAW bersabda :

لَوْلَا اَنْ تَدَافَنُوْا لَدَعَوْتُ اللّٰهَ اَنْ يُسْمِعَكُمْ عَذَابَ الْقَبْرِ

“Jika saja kalian tidak saling dikubur, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar Dia memberikan pendengaran kepada kalian tentang siksa kubur”.

Tambahan (dari KH. Ahmad Subki Masyhudi, penambah keterangan dalam kitab ini) : Imam Muslim meriwayatkan :

اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ فِيْ حَائِطٍ لِبَنِى النَّجَّارِ عَلَى بَغْلَتِهِ وَنَحْنُ مَعَهُ، اِذْ حَادَّتْ بِهِ فَكَادَتْ تُلْقِيْهِ وَاِذًا قُبُوْرٌ، فَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ يَعْرِفُ اَصْحَابَ هٰذِهِ الْقُبُوْرِ ؟، فَقَالَ رَجُلٌ : اَنَا، فَقَالَ : فَمَتٰى مَاتَ هٰؤُلَاءِ ؟، فَقَالُوْا : مَاتُوْا فِى الْاِشْرَاكِ، فَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ هٰذِهِ الْاُمَّةَ تُبْتَلٰى فِيْ قُبُوْرِهَا فَلَوْلَا اَنْ تَدَافَنُوْا لَدَعَوْتُ اللّٰهَ اَنْ يُسْمِعَكُمْ عَذَابَ الْقَبْرِ الَّذِيْ اَسْمَعُ، الخ

“Sesungguhnya Nabi SAW suatu ketika Beliau berada di tembok Bani Najar mengendarai keledainya sedangkan kita bersama Beliau, tiba-tiba keledai itu memberontak dan hampir menjatuhkan Beliau, ketika itu berada di kuburan. Kemudian Nabi SAW bertanya, “Siapa yang mengetahui para penghuni kubur ini ?”. Seseorang berkata, “Saya”. Kemudian Nabi SAW bertanya, “Bagaimana mereka meninggal dunia ?”. Para sahabat menjawab, “Mereka mati dalam keadaan musyrik”. Nabi SAW pun berkata, “Sesungguhnya umat ini telah diuji (disiksa) di dalam kuburnya, maka jika saja kalian tidak saling dikubur, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar Dia memberikan pendengaran kepada kalian tentang siksa kubur, yang mana aku telah mendengarnya – ila akhirihi”.

Hadist ini merupakan penguat dari hadist sebelumnya.
Syekh (KH. Ali Maksum, Penulis Kitab Hujjah ASWAJA) berkata : dan Imam Syaikhon (Imam Bukhari dan Imam Muslim), Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, dan Imam Abu Dawud meriwayatkan :
اَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ : اِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ (اَىْ فِيْ نَظْرِ النَّاسِ)، اَمَّا اَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيْمَةِ وَاَمَّا الْاٰخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، ثُمَّ دَعَا بِعَسِيْبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ اِثْنَيْنِ فَغَرَسَ عَلَى هٰذَا وَاحِدًا وَعَلَى هٰذَا وَاحِدًا، ثُمَّ قَالَ : لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَالَمْ يَيْبَسَا
“Sesungguhnya Rosulullah SAW melewati dua kuburan, kemudian Beliau berkata, “Sesungguhnya keduanya di siksa, dan keduanya tidaklah disiksa dalam masalah yang besar [Maksudnya dalam penglihatan manusia]. Adapun salah satu dari keduanya maka dia (disiksa karena) berjalan dengan namimah (adu domba), sedangkan yang lainnya maka dia (disiksa karena) tidak menutupi kencingnya. Kemudian Rosulullah SAW mengambil kayu basah, Beliau memotongnya menjadi dua, Beliau menamcapkan pada ini (kuburan satu) dengan satu (potong kayu basah itu) dan pada ini (kuburan lainnya) dengan satu (potong kayu basah lainnya). Kemudian Rosulullah SAW berkata, “Semoga diringankan dari keduanya selama kedua kayu ini tidak kering””.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Hanik, pelayan Sayyidina Ustman bin Affan ra :
اَنَّ سَيِّدَنَا عُثْمَانَ رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ كَانَ اِذَا وَقَفَ عَلٰى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى بَلَّ لِحْيَتُهُ، قِيْلَ لَهُ : اَتَذْكُرُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ وَلَا تَبْكِى وَتَذْكُرُ الْقَبْرَ فَتَبْكِى ؟ فَقَالَ : اِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : الْقَبْرُ اَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْاٰخِرَةِ، فَاِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ اَيْسَرُ مِنْهُ وَاِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ اَشَدُّ مِنْهُ، وَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : مَا رَاَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ اِلَّا وَالْقَبْرُ اَفْظَعُ مِنْهُ
“Sesungguhnya tuan kami, Ustman ra, ketika dia berhenti di atas kubur maka dia menangis sehingga jenggotnya basah. Dikatakan kepadanya : “Mengapa kamu mengingat surga dan neraka tetapi kamu tidak menangis, sedangkan kamu mengingat kubur kemudian kamu menangis ?”. Kemudian dia menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar Rosulullah SAW bersabda, “Alam kubur adalah tempat awal dari tempat-tempat akhirat. Maka jika seseorang selamat dari alam kubur, maka apa yang sesudahnya lebih mudah daripadanya. Dan jika seseorang tidak selamat dari alam kubur, maka apa yang sesudahnya lebih kejam daripadanya”. Dan aku mendengar Beliau bersabda, “Aku tidak pernah melihat pemandangan apapun kecuali alam kubur lebih mengerikan””.
Tambahan (dari KH. Ahmad Subki Masyhudi, penambah keterangan dalam kitab ini) : Imam Ibnu Majah meriwayatkan seumpama hadits di atas, Sahabat Ustman bin Affan ra ketika seseorang yang mana orang-orang menurunkannya ke dalam kubur, beliau bernyanyi :
فَاِنْ تَنْجُ مِنْهَا تَنْجُ مِنْ ذِيْ عَظِيْمَةٍ – وَاِلَّا فَاِنِّيْ لَا اَخَالُكَ نَاجِيًا
“Jika kamu selamat dari alam kubur, maka kamu selamat dari perkara yang besar – Dan jika tidak, maka sesungguhnya aku tidak nyangka bahwa kamu adalah orang yang selamat”.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas dari Baro’ bin ‘Azib ra, berkata :
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ جَنَازَةٍ فَجَلَسَ فِيْ شَفِيْرِ الْقَبْرِ وَبَكَى وَاَبْكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى، وَقَالَ : اِخْوَانِيْ لِمِثْلِ هٰذَا فَاَعِدُّوْا
“Kami bersama Nabi SAW dalam masalah jenazah, kemudian Beliau duduk di pinggir kubur dan menangis, ikutlah menangis para sahabat, sehingga tanah menjadi basah. Beliau bersabda, “Wahai saudara-saudaraku, seperti halnya ini (penghuni kubur) maka persiapkanlah diri kalian””.
Syekh (KH. Ali Maksum, Penulis Kitab Hujjah ASWAJA) berkata, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, dan Imam Nasa’i meriwayatkan bahwa :
اَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِيْ قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ اَنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ قَرْعِ نِعَالِهِمْ، اِذَا انْصَرَفُوْا عَنْهُ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ ؟ فَاَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ : أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُوْلُهُ، فَيُقَالُ : انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللّٰهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا ، وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ، فَيَقُولُ : لَا أَدْرِيْ كُنْتُ أَقُوْلُ مَا يَقُوْلُ النَّاسُ فِيْهِ، فَيُقَالُ : لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ، ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيْهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
“Sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba tatkala diletakkan di dalam kuburnya, sahabat-sahabatnya berpaling, sehingga dia mendengar suara sandal mereka, ketika mereka meninggalkannya maka datanglah dua malaikat dan mendudukkannya, kemudian keduanya bertanya kepadanya : “Apa yang kamu katakan tentang orang ini, yaitu Muhammad SAW ?. Adapun jika seorang mukmin, maka dia menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan rosul-Nya”. Maka dikatakan, “Lihatlah tempatmu dari neraka yang telah digantikan Allah dengan tempat dari surga”. Kemudian dia melihat kedua (tempat) itu bersamaan. Dan adapun orang kafir dan orang munafik, maka dia berkata, “Aku tidak tahu, aku berkata apa yang dikatakan oleh orang-orang”. Maka dikatakan, “Kamu tidak mengetahui dan tidak membaca, kemudian dia dipukul dengan palu dari besi di antara kedua telinganya, maka dia menjerit yang mana makhluk di sekitarnya mendengarkannya (jeritan itu),kecuali jin dan manusia”.
Hadist ini menetapkan sesuatu lain selain tujuan terjemahan (selain masalah adzab dan siksa kubur), yaitu pertanyaan kubur.
Dan pertanyaan tentang siapa Tuhan kita yang Maha Luhur lagi Maha Mulia dan agama kita telah sampai di dalam hadist-hadist lain, sebagai tambahan pertanyaan tentang siapa nabi kita. Dan pertanyaan ini merupakan ftnah kubur yang mana Allah yang Maha Luhur berfirman di dalamnya :
يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظَّالِمِيْنَ ۚ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki”. (QS. Ibrahim : 27).
Dan di dalam perkiraan ini merupakan kecuupan di atas kecukupan bagi seorang muslim yang menginginkan sampai pada kebenaran dari jalannya. Dan hanya Allahlah yang Maha Pemberi Pertolongan pada jalan yang paling lurus, maka kami meminta kepada-Nya yang Maha Luhur untuk mendapatkan pertolongan yang baik, petunjuk, kesehatan, dan khusnul khatimah, amiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *